Semangatmu mana?
Diposting oleh
Aizawacolour
|
Minggu, 29 April 2012
Semangatmu mana?
Masih kurasakan keringat karena tatih langkahku yang jauh
Dari rumah ke kantor
Ya, menyusuri jalan
Sepatuku yang dibuat untuk jalan mulus
Sudah ngambek karena harus melewati batuan tajam setiap hari
Tapi semua itu berkah…
Karena semangatku sangat luar biasa
Untuk hidup
Untuk berkarya
Dengan segala yang kumiliki saat itu
Saat ini, melihat kembali gambar itu
Aku tersadar, aku kehilangan semangat itu
Semangat yang luar biasa yang pernah kumiliki
Semangat ibuku yang diturunkan lewat DNAku…
Semangatmu mana?
Kutanyakan pertanyaan itu pada diriku
Aku tak tahu jawabnya
Seperti menguap dengan semua mimpi-mimpiku yang tanpa batas
Yang dulu sering menggelayut, bahkan ketika aku terjaga
Semangatmu mana?
Pastinya masih di raga ini
Aku sedang mencari kuncinya
Agar aku berkeringat kembali mengejar apa yang kuimpi
Ya, semangat itu masih di sini
Di sini, di raga ini…
Kubisikkan pada hatiku, semangatlah!
Karena itu ada dalam DNAmu
Obat Mujarab Bernama “Memaafkan”
Diposting oleh
Aizawacolour
|
Seringkali
teman saya heran ketika saya bisa memaafkan kesalahan orang lain yang
menurut ukurannya sangat menyakitkan hati. Sementara teman saya
memberikan ide untuk membalaskan sakit hati dan memberikan hukuman untuk
dia yang telah berbuat salah kepada saya. Tidak jarang, teman saya
tidak bisa memahami mengapa dengan cepatnya saya memaafkan. Bahkan
sebelum orang yang berbuat salah itu meminta maaf atau ketika ia tidak
pernah meminta maaf sama sekali.
Bagi teman saya, tampaknya mudah ya saya memberi memaafkan kesalahan orang lain?
Nggak juga kok.
Saya pasti sudah melewati pergumulan pribadi untuk akhirnya memutuskan
memaafkan. Kadang butuh waktu yang singkat saja. Tetapi terkadang butuh
waktu beberapa hari, beberapa minggu bahkan beberapa bulan untuk
akhirnya saya bisa memaafkan. Dan bila akhirnya bisa memaafkan, itu
artinya saya telah meyakini bahwa memaafkan adalah obat yang paling
menyembuhkan buat saya pribadi dan semoga saja buat orang yang telah
berbuat salah tersebut.
saya menemukan lagi banyak alasan untuk memaafkan orang lain.
“Memaafkan adalah kekuatan terindah dari kasih sayang”
Tidak mudah lho
memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita, yang telah membuat kita
terluka, terutama bila dilakukan oleh orang yang kita percayai dan kita
sayangi. Namun, inilah perbuatan paling besar dari pembuktian kasih
sayang yang sesungguhnya. Yaitu kita bisa memaafkan kesalahan orang
lain. Tidak membiarkan kita menikmati penderitaan orang lain yang sudah
meminta maaf namun tidak juga kita maafkan.
Butuh proses nggak
untuk bisa memberikan maaf? Tentu saja iya! Dan ujung-ujungnya kasih
sayang adalah alasan yang paling mendasar untuk bisa memberikan maaf.
“Memaafkan adalah proses mengakhiri pelambatan hidup”
Pernyatan
ini yang baru saya ketahui, meskipun mungkin dampaknya sudah saya
rasakan. Marah, dendam, menyimpan rasa sakit. Kesemuanya itu dapat
membuat hidup kita terasa berjalan lambat dan berat. Dan keputusan untuk
memberikan maaf akan membuat hidup kita berjalan apa adanya. Mungkin
malah meringankan langkah kita untuk segera memikirkan hal-hal lain yang
lebih berguna, ketimbang memikirkan rasa marah, dendam dan sakit hati
yang lebih menguras energi mental kita.
“Memaafkan adalah kualitas dari pribadi-pribadi yang kuat”
Meminta maaf yang sesungguhnya, tidak sekedar basa-basi, itu sulit kok, buktinya judul lagu tadi “Hard to Say I’m Sorry”, bukan Easy to Say I’m Sorry
kan? Butuh kerendahan dan kebesaran hati untuk mengakui perbuatan salah
yang telah kita lakukan. Dan untuk memaafkan dibutuhkan kekuatan. Hanya
yang kuatlah yang bisa mengalahkan dirinya sendiri yang cenderung untuk
mementingkan ego dan memandang rendah mereka yang berbuat salah dan
telah meminta maaf.
“Memaafkan adalah bukti kebaikan”
Inilah
satu lagi alasan untuk memaafkan. Memaafkan itu sebenarnya membatalkan
hak kita untuk membalaskan kejahatan dan kesalahan yang sudah dilakukan
orang lain.
Ketika
kita sudah memaafkan, ternyata orang itu berbuat kesalahan lagi dan
berulang-ulang kali, apakah kita tetap harus memaafkan?
Tentu
saja! Namun untuk memberikan maaf yang sekaligus bermanfaat, jangan
lupa untuk memberikan unsur didikan dan pelajaran di dalamnya, agar
orang tersebut tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Contohnya?
Seorang teman meminjam catatan kuliah saya dan mengembalikannya dalam
kondisi yang memprihatinkan. Lembar-lembar loose leaf
yang awalnya bersih dan rapi, berubah menjadi kusut dan nampak ada bekas
tumpahan air di ujungnya. Teman tadi lantas meminta maaf. Dan saya
maafkan, dengan catatan kalau misal kejadian ini berulang yang kedua
kalinya saya tidak akan meminjamkan catatan saya lagi. Dan
kejadian ini pun terulang. Dia meminjam kembali catatan saya dan saya
pinjamkan. Ternyata dikembalikan lagi dalam kondisi yang lebih
menyakitkan hati karena telah terulang 2 kali. Kembali teman saya
meminta maaf dan sesuai dengan pernyataan saya di awal, tetap saya
maafkan kembali namun ketika dia hendak meminjam untuk ketiga kalinya
saya tidak memberikan pinjaman lagi.
Lho, katanya memaafkan tapi kok tidak meminjamkannya lagi? Menghukum orang itu dong
namanya? Hmm….begini. Memaafkan itu baik, tapi ambil pelajaran di
dalamnya dan berikan pelajaran kepada orang itu, bukan untuk
menghukumnya, namun memberikan ruang agar ia belajar dari kesalahannya
dan menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.
Dan ketika teman saya yang lainnya lagi meminjam catatan saya, toh tetap saya berikan.
Tentu kita kenal istilah “Forgive and Forget”.
Maafkan dan (kemudian) lupakan. Lupakanlah sakit hati yang ditimbulkan
dari kesalahan itu. Tidak mungkin melupakan memori kesalahannya, ingat
pelajaran yang didapat dari pengalaman ini, tapi jangan ingat lagi sakit
hatinya karena kita telah memutuskan untuk menjadi pribadi yang baru.
Ada sebuah metafora yang
didalamnya mengatakan : “bila ada yang telah berbuat salah kepadamu,
tulislah di pasir, biarkan angin dan ombak segera menghapus tulisan
kesalahan itu. Namun bila ada yang telah berbuat kebaikan, tulislah
diatas batu pualam. Yang selamanya tidak ada terhapus”
Last but not least, kata mutiara yang sangat indah bagi saya dari acara MTGW ini adalah :
“Memaafkan (mungkin) tidak bisa memperbaiki masa lalu,
tetapi pasti memperindah masa depan”.
Bila
kita tidak ingin membiarkan diri dan hati kita sakit terus menerus,
segeralah minum obat yang paling mujarab. Obat ini bernama memaafkan.
Obat ini tidak tersedia di apotek tersohor sekalipun. Namun telah ada
di dalam diri kita masing-masing. Terkadang butuh orang lain yang
mengingatkan kita untuk meminum obat yang satu ini dan mengingatkan
kalau obat itu tidak jauh dari jangkauan kita.